DAMARISWARA, RIAN (2020) KECAKAPAN HIDUP ABAD KE-21 DALAM TOKOH UTAMA DONGENG JAWA TIMUR KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA. STILISTIKA, 13 (2). pp. 168-185. ISSN 2614-3127
Text (KECAKAPAN HIDUP ABAD KE-21 DALAM TOKOH UTAMA DONGENG JAWA TIMUR KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA)
86206_0728129001.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (706kB) |
|
Text (SIMILARITY TURNITIN)
86206_0728129001_SIMILARITY.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (4MB) |
|
Text (PEERREVIEW)
86206_0728129001_PEERREVIEW.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (1MB) |
Abstract
Tokoh utama dalam dongeng Jawa Timur memiliki sisi lain yang perlu diungkap. Sisi lain tersebut, yakni kecakapan hidup yang dimiliki tokoh utama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kecakapan hidup tersebut, memiliki relevansi dengan kecakapan hidup di abad ke-21. Jadi, dengan menganalisis kecakapan hidup tokoh utama secara otomatis peneliti dan pembaca dapat mengetahui bahwa tokoh-tokoh dongeng yang terdapat di Jawa Timur memiliki budaya hidup yang baik untuk dijadikan contoh dan motivasi. Untuk mengungkap kecakapan hidup abad ke-21 pada tokoh utama dongeng Jawa Timur menggunakan kajian antropologi sastra. Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif. Sumber data adalah teks dongeng Jawa Timur. Teknik yang digunakan adalah studi dokumenter. Kecakapan hidup abad ke-21 yang ditemukan pada dongeng Jawa Timur sebagai berikut. Pertama, berpikir kritis dan pemecahan masalah. Semua tokoh utama dalam dongeng memiliki pemikiran kritis sehingga dapat memecahkan masalah. Kedua, kreativitas dan inovasi yang ditemukan yakni jenis pengembangan dan sintesis. Inovasi pengembangan yang ditemukan adalah adanya alat bajak sawah dari batu menjadi kayu dan ditarik sapi serta dapat dipergunakan sebagai sarana hiburan. Alat tersebut diberi nama karapan sapi. Inovasi sintesis adalah menggabungkan segala sesuatu yang dimiliki untuk dijadikan sesuatu yang baru. Seperti pada dongeng Asal Mula Reog Ponorogo,yakni menggabungkan kepala tokoh Singabarong dengan burung merak sehingga dinamakan reog ponorogo. Ketiga, kolaborasi antaranggota dan pemimpin dengan bawahan. Keempat, komunikasi yakni berupa diskusi, pengarahan, berkeluh kesah, dan perintah.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | 710 Education science > 793 PGSD |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > S1-Pendidikan Guru Sekolah Dasar |
Depositing User: | Rian Damariswara |
Date Deposited: | 14 Jan 2021 08:59 |
Last Modified: | 14 Jan 2021 08:59 |
URI: | http://repository.unpkediri.ac.id/id/eprint/2862 |
Actions (login required)
View Item |