KOTA, JP Radar Kediri โ Terjadinya deflasi untuk kali ketiga sepanjang tahun ini harus diwaspadai oleh Pemkot Kediri. Bila dibiarkan berlarut-larut deflasi akan mempengaruhi sektor riil. Karena tingkat permintaan barang dan jasa menurun.
Selain itu deflasi juga tidak hanya memengaruhi kalangan pekerja. Juga akan mengakibatkan lesunya sektor usaha. Terutama di bidang-bidang yang masih mengutamakan pemasaran secara konvensional alias offline.
โTerjadinya deflasi ini karena permintaan (akan barang dan jasa) menurun. Dan ini lebih banyak karena faktor pandemi korona,โ ujar pengamat ekonomi Subagyo memberikan analisanya.
Menurut dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri ini, pemberlakuan pembatasan di berbagai daerah merupakan pemicu utama deflasi. Masyarakat masih belum berani untuk beraktivitas di luar rumah. Meskipun mall, tempat pembelanjaan, serta kafe dan warung sudah mulai buka tapi disertai pembatasan ketat. Transaksi yang terjadi pun masih belum maksimal.
Pengaruhnya pada sektor riil, permintaan pasar mengecil. Tingkat produksi sektor usaha pun ikut terpengaruh. Padahal bahan baku tersedia melimpah.
Di masyarakat, daya beli menurun drastis. Banyak pekerja yang mengalami pemotongan gaji hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
โDalam deflasi ini yang paling terdampak yaitu masyarakat menengah ke bawah,โ terang Subagyo.
Meskipun menilai upaya pembatasan oleh pemerintah adalah langkah yang tepat namun juga harus dipikirkan pembatasan yang punya dampak paling minimal. Misalnya, pembatasan harus merata. Tidak hanya pada sektor usaha kecil dan menengah saja. Ekonomi juga harus disuspen agar tetap jalan meskipun dalam suasana pembatasan seperti sekarang ini.
Oktober lalu, ekonomi di Kota Kediri mengalami deflasi. Nilainya mencapai 0,05 persen. Berada di urutan ketiga di bawah Malang.
Khusus bagi Kota Kediri, deflasi ini merupakan kali ketiga pada tahun ini. Sebelumnya deflasi juga terjadi pada Mei dan Juli.
Menariknya, ini inflasi pertama yang terjadi pada Oktober. Tahun-tahun sebelumnya Kota Kediri tak pernah mencatat deflasi di Oktober. โKemungkinan ini karena teralihkan. Ada bulan yang harusnya mengalami deflasi namun ternyata mengalami inflasi,โ terang Kasi Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri Adi Wijaya.
Biasanya, deflasi terjadi di Agustus atau September. Adi mengatakan jika dibandingkan dengan kota lainnya, Kota Kediri terlambat dalam merespon harga. Saat kota lain mengalami stok habis, di sini masih ada. Hal itu membuat deflasi menjadi terlambat.
Melemahnya sektor riil ini juga dirasakan di berbagai daerah. Karena rata-rata kota di Jatim juga mengalami deflasi. Faktor penyebabnya adalah bahan pangan. Karena di jenis komoditas itu yang mengalami penurunan harga secara drastis.
Sedangkan bila dilihat dari per komoditas, maka beras dan emas yang menyumbang deflasi.
โKarena sebelum musim hujan ini sempat adanya panen, sehingga stok beras melimpah,โ jelas Adi. Karena pasokan beras melimpah membuat harga cenderung mengalami penurunan.
Faktor deflasi lain adalah harga emas. Sudah tiga bulan terakhir harga emas mengalami penurunan. Penyebabnya adalah perang dagang antara Amerika dan Tiongkok. Yang menyebabkan nilai tukar rupiah terkoreksi.
Khusus untuk November ini, yang perlu diwaspadai adalah pergerakan barang dari pabrik. Barang kebutuhan sehari-hari seperti shampo, hand sanitizer, dan sabun perlahan mengalami kenaikan harga.
Selain itu yang perlu diwaspadai adalah datangnya musim hujan. Karena akan memunculkan kemungkinan terjadinya gagal panen di beberapa komoditas. (jar/ara/fud)